Radikalisme Islam Liberal



Tahukan anda bahwa praktek liberalisme dipelopori oleh Nabi Adam? Ketika beliau protes keras kepada Tuhan, karena hasrat lelakinya berbicara kesepian, itu adalah salah satu ungkapan liberation, pembebasan dari kungkungan dan batasan yang diatur Tuhan. Maka hasrat Nabi Adam pun di-liberal-kan oleh Tuhan, dengan diciptakannya seorang wanita, Hawa.
Liberalisme di atas sekedar ilustrasi bahwa liberaslisme tidak sepenuhnya terlarang atau dilarang. Sebab Tuhan tahu, konsekwensi logis penciptaan manusia adalah, suatu saat, pasti butuh teman “kencan”.  Liberalisme di atas juga mencerminkan, bahwa liberal juga ada batasnya. Sebab Nabi Adam merasa tidak perlu untuk berpoligami, dengan minta lebih dari satu wanita. Walaupun, jika Nabi Adam minta 2 atau 40 lagi wanita, pasti bakal dikasih lagi. (untung saja yang jadi nabi Adam bukan haji Rhoma Irama, yang doyan “berjihad” dengan mengawini wanita-wanita cantik).

Batasan liberalisme dalam kasus diatas, tidak dibikin oleh Tuhan. Tapi manusia (Adam) sendiri lah yang musti membikinnya, berdasarkan wahyu-wahyu yang diberikannya. Dalam ilustrasi di atas, Nabi Adam tidak mengumbar “sense of woman”nya, dengan minta lebih dari satu wanita. Tentu saja saya tidak bermaksud memakai Nabi Adam sebagai ikon lelaki setia. Saya masih berprinsip bahwa lelaki boleh beristri 4 kok.
 
Dari cerita Nabi Adam, kita beralih ke cerita islib. Kalau kita membaca tulisan-tulisan islib, dan jika anda punya sense seperti saya, pasti anda akan ter-iritasi. (Tidur siang saya juga jadi terganggu gara-gara membaca statemen-statemen Islib).

Coba tengok di laman websitenya, http://islamlib.com, kalau anda baca dengan teliti, ajaran JIL sama sekali bukan suatu gerakan keagamaan yang membawa nama Islam. Jaringan ini justru diciptakan untuk memecah belah persatuan umat Islam. Kalau organisasi-organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah, NU, Syarikat Islam, Hizbut Tahrir, dll menjunjung tinggi azaz Islam, sebagai dasar pergerakan mereka, maka JIL sama sekali menafikan itu. Doktrin utamanya adalah pluralisme dalam beragama dan segala estetikanya. Contoh extrimnya adalah wanita muslim boleh menikahi lelaki non-muslim, solat dua bahasa itu tidak bertentangan dengan sunnah,
kenabian setelah Muhammad saw itu memungkinkan, dll.
Doktrin utama kedua, kebebasan berpendapat dan politik praktisnya. Contoh gamblangnya, wanita boleh menjadi imam sholat lelaki, wanita boleh bersuami banyak dll. Bahkan dalam ketuhanan sekalipun mereka mengenal kata to-le-ran-si. Dengan kata lain, jika ada orang islam yang mendeklarasikan bahwa Nabi pantas disembah, akan dilindungi mati-matian oleh JIL, dengan alasan-alasan di atas.
 
Jadi pedoman-pedoman klasik fiqih para ulama terdahulu yang berijtihad berdasarkan Alqur’an dan sunnah ditepis habis-habisan oleh JIL. Padahal seperti kita tahu, para ulama terdahulu seperti Imam Syafi’I, Hambali, Imam Maliki dll, membuat aturan fiqih dengan sangat ketat. Bahkan Imam syafii berpuasa dan sholat istikharah dulu sebelum mengeluarkan sebuah fatwa. Para perawi hadits, yang sangat berhati-hati mencatat riwayat suatu hadits pun, dimentahkan oleh jaringan terkutuk islib ini. Para penjahat JIL itu lebih suka menyebut ulama-ulama panutan itu sebagai puritan, ortodox, kuno dan tak bisa dipakai lagi dalam era digital ini. Para antek JIL lebih suka mengambil segala hujjah dan dalil dari para pemikir barat dan kristen sebagai pedoman dasar pemikiran mereka, seperti Milad Hanna, pemikir progresif Kristen Koptik Mesir dll.

Walaupun mengusung nama “liberal”, “madani” yang terkesan intelek dan menghormati hak-hak berpendapat dan mengedepankan dialog, namun para pentolan JIL, mempunyai IQ dan EQ yang masih rendah. Mereka sering terjebak sendiri dalam idiom-idiom mereka yang terlalu tinggi menggunakan istilah canggih (maksudnya bahasa susah, gitu loh), seperti tulisan mereka tentang “Ikonoklasme Islam”. Tak heran kalau jaringan ini sulit diterima masyarakat awam. (Barangkali itulah strategi pemasaran JIL, sebab jika masyarakat umum dengan mudah mengetahui ajaran sesat JIL, sudah pasti mereka dikirimi pentungan dan batu).

Dan begitu mencoba berbicara dengan bahasa awam, yang keluar malah EQ yang mencerminkan sifat asosial dari jurignya JIL, Ulil (malu saya punya kakak kelas kayak dia), ketika “menganulir” fatwa MUI dengan mengatakan fatwa itu konyol dan tolol. MUI yang isinya para ulama mumpuni di bidangnya dianggap bodoh oleh  JIL.
 
Kita musti tahu, bahwa pluralisme dan liberalisme dalam beragama islam ditentang MUI dalam konteks MUI sebagai penjaga keutuhan ajaran Islam. Protes JIL yg mengatakan bahwa pluraslisme bertentangan dg Bhineka Tunggal Ika, adalah kebocoran dan kedangkalan rasional radikalisme liberal JIL, karena negara hanya menjaga persatuan bangsa, Bhineka Tunggal Ika, berbeda tapi bersatu. Slogan ini tak bisa diterapkan dalam konteks teologi dan fiqih Islam. Sebab Islam tidak mentolerir ajaran yang menyimpang. Keutuhan NKRI tak ada hubungannya dengan MUI. MUI bertugas, salah satunya, menjaga KEUTUHAN ajaran Islam. Pemerintah bertugas menjaga keutuhan NKRI dari separatisme. Kebebasan beragama memang dilindungi, tapi kebebasan merusak agama tidak diizinkan.

Belum cukup hanya segitu, beberapa contoh lagi ketika para  tokoh JIL bertingkah “lucu” dan culun ketika menulis, lihat saja tulisan salah satu JIL, yang juga menolak keputusan MUI, dengan mensiyalir ayat Al-qur’an: inna rabbaka huwa yafshilu baynahum yawmal qiyamah fi ma kanu fihi yakhtalifun (sesungguhnya Tuhanmu yang akan
mengambil kata putus atas perselisihan yang berlangsung di antara mereka, kelak pada hari kiamat).

Penyantuman ayat ini mirip orang yang berputus asa dalam berdebat, sebab, sebelum ayat “sapu jagat” ini, toh kita musti memakai ayat-ayat lain. Dengan kata lain, kalau semuanya diserahkan nanti pada hari kiamat, ngapain kita repot-repot bikin hukum fikih? Seperti pertanyaan seorang guru pada muridnya, kenapa benda yang dilempar ke atas, selalu jatuh ke bawah? Sang murid menjawab, “karena ijin Allah”. Eng-gakklop. Belum cukup satu ayat di atas, sang penulis JIL, mengutip ayat lainnya, inna rabbaka huwa a’lamu biman dhalla ‘an sabilihi wa huwa a’lamu biman ihtada (sesungguhnya Tuhanmu adalah yang paling tahu perihal seseorang yang tersesat dari jalanya dan yang mendapatkan petunjuk). Lah, kalau sudah jelas seseorang itu menyimpang, selingkuh, kelihatan di depan mata, masak kita lantas tidak jadi menjatuhkan vonis sesat? Lalu lagi-lagi menyerahkan segala urusan yang mustinya bisa kita urus kepada Allah? Piye tho! Padahal dalam AD/ART aliran sesat JIL, tercantum: “b. Mengutamakan semangat religio etik, bukan makna literal teks.” Jil bukan hanya sesat dalam religio etik, bahkan dalam literal teks, yang mereka bikin sendiri! Satu contoh (idiot) lagi radikalisme JILl, institusi ini “Mengembangkan tafsir keagamaan yang kritis-liberal-progresif, menentang oligarki dan otoriterianisme penafsiran dalam agama.” Adakah para ulama kontemporer itu membuat suatu fatwa berdasarkan hawa nafsu saja? Atau berdasar pemikiran mereka semata? Jawabnya TIDAK! Sekali lagi mereka membuat suatu fatwa bukan berdasar asumsi-asumsi atau otoriter-otoriteran. Mereka masih terbuka menerima aspirasi masyarakat. Tidak seperti forum diskusi JIL yang tidak pernah memuat tulisan mereka yang menentang JIL. Memang, kalau anda mengunjungi situs JIL, anda tidak pernah menemukan tulisan yang bernada memprotes JILl. Bahkan di maling-list nya pun, tulisan anda tak akan pernah diakomodasi, selama bertentangan dengan liberalisme JIL. Ketika tulisan anda dimuat, justru akan digiring menuju liberalisme. Itukah yang namanya kritis-liberal-progresif?

Kembali ke soal fatwa-fatwaan yang dianggap JIL, kontroversial, mustinya para dedemit JIL tidak hidup di bumi Indonesia kalau mereka tidak mengakui fatwa MUI. Sebab
teritorial MUI adalah wilayah Indonesia. Mustinya mereka minta suaka ke negara terkutuk liberal Amrik sana, atau kalau ditolak, minta suaka ke samudra atlantik. Saya yakin ikan-ikan hiu di sana akan menyambut dengan tangan, eh, mulut terbuka lebar.

Saudaraku, begitulah propaganda JIL di mana-mana, selalu membela ajaran/aliran/gerakan/ yang jelas-jelas menentang ajaran Islam yang sesungguhnya. Pemikiran dan cara hidup  JIL “based on blind mind”, sedangkan segala hukum Islam berpatokan pada Syariah. Jadi JIL sama sekali tidak membawa misi Islam. Yang dibawa adalah sekularisme liberal. Lebih parah dari ideologinya negara terkutuk Amerika.

Apa? Maaf? Permintaan maaf saja tidak cukup, selama ajaran setan JIL dipelihara. Fatwa mati adalah yang tepat, sebelum mereka bertobat. Dan itulah hukuman bagi para perusak ajaran Islam dari dahulu lagi. Bagaimana kalau Gus Dur membela JIL? Ah, dia kan pelawak, gak ada artinya apa-apa.

From: “M. Fadhol” <mfadhol@yahoo.co.uk>

Send an Instant Message “M Abdullah” <emabdulah@yahoo.com>
In mailinglist : <http://groups.yahoo.com/group/anggotaicmi>

3 Responses to Radikalisme Islam Liberal

  1. Rofiq el-Firdaus berkata:

    sesungguhnya prinsip Dienulloh ada 4: yaitu tauhid, ittiba’, sumber hukum (alquran hadits), dan pemahaman yg benar (manhaj salafus sholih). jika salah satunya saja ditinggalkan maka gagallah ia membangun dien ini dg haq. tidak tauhid berarti ia musyrik. tidak ittiba’ (mengikut nabi dlm memahami dan menjalankan islam), brarti taqlid bahkan bid’ah, tidk berdasarkn alquran dan hadits dlm brhujjah, maka ia pengekor hawa nafsu dan tidk brmanhaj yg haq maka akan terjerumus pd pertentangan dan permusuhan. maka JIL, adalah mereka yg gagal dlm mengaplikasikan tauhid baik secara uluhiyah dan asma’ was sifat, mereka jg gagal dlm berittiba’ nabi dlm memahami dan mengaplikasikanya dlm bntuk menjalankan syari’at scr utuh. mrk jg gagal mengangkat alqur’an dan sunnah yg mulia sbg hukum tertinggi dan mulia karena mereka senang menggunakan akal dan nafsunya yg rendah itu untuk mempolitisir wahyu dg mengambil dan membuangnya scr parsial. maka apa yg lebih dr mereka..ulaika kal an’ami bal hum adholl. jadi mereka bukan jaringan islam, tp jaringan iblis…

  2. fadhal husban berkata:

    Saya sedih dengan pemikiran anda. Bagaimana Islam mau maju kalau fikiran seperti itu yang ada dalam benak orang islam?
    Bagaimana kalau anda terlahir di China? Rusia? atau Korea Utara ? Pasti anda menjadi seorang yg tidak percaya TUhan…Wallahu a’lam

  3. ihsan berkata:

    Apa Islam bisa maju dgn “mengadopsi”ajaran / pemikiran sesat ? Memangnya di Cina atau Rusia org2nya kafir atau atheis semua? Saya yg sedih dgn pemikiran anda(fadhal) yg dangkal bin cetek, ya mungkin aja anda salah satu pengikut JIL(Jaringan Iblis Lakna tullah) itu.Kalo anda agak ragu dgn kebenaran mutlak ajaran Islam cobalah agak sebentar”murtad” dan ikut agama lain yg anda ang gap baik dan evaluasi ajaran Islam dari sudut pandang anda!!

Tinggalkan komentar